Karakteristik Media Pembelajaran 3 Dimensi



MAKALAH
KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN 3 DIMENSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran
Dosen Pengampu: Gadis Herningtyas, M.Pd.











Disusun oleh :
Syafaatul Udzma                  166010065
Achmad Mustofa                  166010064
Lely Wachidatul A.              166010061
Muhammad Dholi                 166010056



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Demikian dapat kita pahami bahwa media pembelajaran adalah suatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk menyampaikan pesan pendidikan yang harus dipahami siswa pada kegiatan pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran serta penunjang pendidikan dan pelatihan tentunya perlu mendapat perhatian tersendiri. Keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan tanpa adanya media pembelajaran, pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik, termasuk dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Perkembangan media ini mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit dan motivasi belajar sehingga dapat mempertinggi daya serap dan hasil belajar siswa.
Salah satu media pembelajaran yang akan pemakalah bahas yaitu media pembelajaran 3 dimensi, yaitu media yang memiliki 3 sisi (depan belakang samping).demikian media 3 dimensi ini dapat dilihat dari berbagai sisi. Mengingat bahwa media 3 dimensi ini mempunyai peran yang besar bagi siswa dalam mencapai kompetensipembelajaran yang telah ditetapkan, maka kami mengambil judul karakteristik media pembelajaran 3 dimensi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian media pembelajaran tiga dimensi ?
2.      Apa saja jenis-jenis media pembelajaran tiga dimensi ?
3.      Bagaimana karakteristik media pembelajaran tiga dimensi ?
4.      Apa kelebihan dan kekurangan media pembelajaran tiga dimensi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.[1]

B.     Jenis-Jenis Media Tiga Dimensi
Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah model dan boneka. Model adalah bentuk yang dapat dikenal menyerupai persis benda sesungguhnya dalam ukuran skala yang diperbesar atau dikecilkan. Boneka merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan.
Model dapat dikelompokkan kedalam enam kategori yaitu model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun (builed-up model), model kerja (working model), mock-up, dan diorama.masing-masing kategori model tersebut mungkin mempunyai ukuran yang sama persis dengan ukuran aslinya atau mungkin dengan skala yang lebih besar atau lebih kecil dari pada objek yang sesungguhnya. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis model yang telah dikemukakan diatas.
1.      Model Padat (Solid Model)
Suatu model padat biasanya memperlihatkan bagian permukaan luar daripada objek dan acapkali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya. Contohnya: sejarah persenjataan: misalnya senapan, meriam, kapak, batu, lembing, tombak,dan pedang.
2.      Model Penampang (Cutaway Model)
Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Kadang-kadang model ini dinamakan model X-Rayatau model Crossectionyaitu model penampang memotong. Contoh: anatomi manusia dan hewan, seprti: gigi, mata, kepala, otak, torso, tulang belulang, jantung, paru-paru, dan bagian ginjal.
3.      Model Susun (Builed-up Model)
Model susun terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian penting dari objek itu. Contoh: anatomi manusia dan binatang, seperti: mata, telinga, jantung, tengkorak, otak.
4.      Model Kerja (Working Model)
Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli, dan mempunyai beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya. Contoh: peralatan musik, seperti: biola,seruling, terompet, piano, harpa, trambulin.

5.      Mock-up
Mosk-up adalah suatu penyederhanaan sususnan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Susunana nyata dari bagian-bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti oleh siswa. Contoh: penggunaan susunan perangkap tikus.
6.      Diorama
Diorama adalah sebah pandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang disesuaikan dengan penyajian. Contoh: interior pada gua.

C.     Karakteristik Media Tiga Dimensi
1.      Model Padat (Solid Model)
Dalam model ini siswa dapat melakukan kegiatan membuat model yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan konsep realisme bagi dirinya. Melalui kegiatan konstruksi, menciptakan dan membentuk objek tertentu mereka ditantang untuk memecahkan masalah-masalah pengajaran dalam berbagai bidang studi yang mereka pelajari. Melalui transformasi sederhana, menggunakan bahan-bahan murah para siswa menciptakan berbagai bentuk objek studi, sehingga hasil belajar lebih mendalam dan lebih mantap.[2]
2.      Model Penampang (Cutaway Model)
Model penampangdibuat dengan beberapa alasan yang antara lain benda aslinya tertutup dan terlalu besar atau terlalu kecil, misalnya gunung berapi, sedang murid memerlukan penjelasan tentang struk-tur bagian dalamnya. Alasan lain adalah alasan kesesuaian, misalnya untuk mendapat pema-haman yang jelas tentang struktur bagian dalam mata manusia, kita tidak mungkin membuat irisan langsung pada tubuh manusia, sekalipun sudah mati. Untuk itu diperlihatkan tiruan untuknya.[3]
Fungsi dari model ini adalah menggantikan objek sesungguhnya. Selain itu model penampang bisa memperjelas objek yang sebenarnya, karena bisa diperbesar atau diperkecil. Yang perlu diperhatikan dalam membuat model penampang adalah, hanya bagian-bagian terpenting saja yang harus ditonjolkan, biasanya dibubuhi warna-warna yang kontras, sedangkan rincian yang tidak begitu penting dihilangkan.[4]
3.      Model Susun (Builed-Up Model)
Model susunan dimaksudkan struktur bagian dalam dari suatu benda, disamping memperlihatkan bagian dalam obyek juga dapat dilepas atau dipreteli untuk dipelajari satu per satu sehingga memperjelas pengertian. Dan bila sudah selesai dapat diletakkan kembali pada posisinya semula. Model ini dapat berupa variasi dari model irisan. Model irisan sendiri dapat disebut model terbuka, karena menggambarkan obyek yang aslinya dalam keadaan tertutup ditampilkan dalam model yang terbuka. Untuk model terbuka sebaiknya siswa disuruh hati-hati waktu mempelajarinya. Karena disamping mahal harganya, juga agak mudah rusak dan apabila alat penyetelnya rusak dapat mengganggu penampilan model tersebut dan mungkin tidak dapat disusun seperti semula.[5]
4.      Model Kerja (Working Model)
Model kerja dirancang untuk menunjukkan kepada para siswa bagaimana mekanisme suatu objek itu berfungsi. Berbagai model yang baik seringkali mempergunakan pewarnaan yang kontras pada bagian-bagian terpenting seperti pada blok mesin, kabel, sikuit, atau berbagai komponen menunjukkan hubungan satu sama lain. model kerja sangat mendorong rasa keingintahuan siswa.[6]
5.      Mock-Up
Mock-up adalah alat tiruan tiga dimensi yang dapat memperlihatkan fungsi atau gerakan dari aspek tertentu saja dari benda, alat atau obyek yang akan diterangkan. Pada mock-up hanya nampak bagian yang penting yang perlu diperagakan gerakannya atau proses kerjanya kepada siswa, sedang bagian kecil lainnya yang dianggap tidak penting atau yang dapat mengganggu perhatian siswa dihilangkan.
Jadi sebenarnya mock-up terletak ditengah-tengah model tiruan dengan benda sebe-narnya. Dikatakan model tidak tepat, karena dapat memperlihatkan fungsi sebenarnya dari bagian alat itu, sebaliknya disebut benda sebenarnya juga tidak tepat, karena bagian-bagian lain dari bentuk benda aslinya yang tidak diterangkan, dihilangkan. Selain itu bahan baku yang dibuat untuk alat ini bisa dibuat dari bahan yang lain dari benda atau peralatan aslinya. Misalnya siswa waktu belajar tentang fungsi bel listrik. Pertama dapat dibuat model rumah yang sederhana, kemudian dibuat perangkat bel listrik yang sebenarnya dan dihubungkan dengan listrik (battery atau accu). Bel listrik ditempelkan pada dinding rumah-rumahan tersebut. Dengan demikian siswa dapat melihat proses kerjanya bel listrik dan tahu cara meletakkan bel listrik dan tahu cara meletakkan bel listrik yang baik. Contoh lain misalnya dibuat mock-up traffick light ukuran kecil yang dapat menyala. Kemudian dibuatkan model lapangan yang menggambarkan perempatan jalan dan traffick light tadi dipasang pada posisi yang tepat.
Dengan menggunakan mobil-mobilan kecil anak dapat bermain lalu-lintas dengan menggunakan traffick light tiruan tadi. Khusus untuk mock-up traffic light-nya dapat dibuat dari bahan yang nantinya benar-benar dapat memperagakan seperti keadaan yang sebenarnya. Lampunya benar-benar dapat menyala (warna merah, kuning dan hijau).

6.      Diorama
Diorama adalah merupakan gabungan antara model dengan gambar prespektif dalam suatu penampilan yang utuh. Dengan diorama kesan visual yang diperoleh siswa lebih hidup. Peragaan melalui medium diorama bisa dilengkapi dengan lampu warna tertentu sehingga lebih memberikan kesan hidup dan dramatis. Diorama dapat dibuat dalam ukuran yang diperkecil, tetapi dapat pula dibuat dalam ukuran yang sebenarnya.
Adapun objek yang dapat dibuat diorama, misalnya kampung nelayan di pantai, rumah adat atau perkampungan tradisional suku tertentu dengan aktivitas penghuninya atau dapat pula dibuat diorama yang menggambarkan suatu peristiwa penting masa lalu yang dicatat dalam sejarah. Diorama yang dibuat dengan ukuran besar/sebenarnya dapat anda temukan misalnya di lantai dasar Monumen Nasional (Monas), museum Lobang Buaya, Museum Stratria Mandala Jakarta, di samping diorama tersebut dibuat dengan ukuran besar juga dilengkapi dengan lampu sebagai pemberi suasana agar berkesan hidup. Selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung suasana, sehingga menjadi nampak lebih hidup.[7]
7.      Widya Wisata.
Widya wisata adalah suatu cara nyajikan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajariyag terdapat diluar kelas.
Pada umumnya memakai metode ini adalah karena obyek yang akan dipelajari hanya ada ditempat dimana obyek itu berada. Selain itu, pengalan langsung pada umumnya lebih baik dari pada tidak langsung.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah: siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama dan tanggung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dan tanggung jawab ekstra, obyek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan tujuan belajar.
8.      Boneka
Penggunaan boneka dalam pendidikan telah populer sejak tahun 1940-an di Amerika. Di Indonesia, penggunaan boneka sudah lumrah, misalnya wayang golek (di Jawa Barat) digunakan untuk memainkan ceritera Mahabarata dan Ramayana. Macam-macam boneka dibedakan atas: boneka jari (dimainkan dengan jari tangan), boneka tangan (satu tangan memainkan satu boneka), boneka tongkat seperti wayang-wayangan, boneka tali sering disebut marionet (cara menggerakkan melalui tali yang menghubungkan kepala, tangan, dan kaki), boneka bayang-bayang (shadow puppet) dimainkan dengan cara mempertontonkan gerak bayang-bayangnya. Agar penggunaannya menjadi efektif, maka harus memperhatikan hal-hal: merumuskan tujuan pengajaran secara jelas, didahului dengan pembuatan naskahnya, lebih banyak mementingkan gerak ketimbang verbal, dimainkan sekitar 10-15 menit, diselingi dengan nyanyian, ceritera disesuaikan dengan umur anak, diikuti dengan tanya jawab, siswa diberi peluang memainkannya.[8]

D.    Kelebihan dan Kekurangan Media Tiga  Dimensi
Menurut Moedjiono (1992)  kelebihan dari media visual tiga dimensi:
1.      Memberikan pengalaman secara langsung.
2.      Penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme.
3.      Dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya.
4.      Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
5.      Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.
Kelemahan media tiga dimensi :
1.      Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah.
2.      Penyimpannay memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit.
3.      Untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya besar.
4.      Anak tuna netra sulit membandingkannya.[9]













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.
Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah model dan boneka. Model adalah bentuk yang dapat dikenal menyerupai persis benda sesungguhnya dalam ukuran skala yang diperbesar atau dikecilkan.
Menurut Moedjiono (1992)  kelebihan dari media visual tiga dimensi:
1.      Memberikan pengalaman secara langsung.
2.      Penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme.
3.      Dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya.
4.      Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas.
5.      Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.
Kelemahan media tiga dimensi :
1.      Tidak dapat menjangkau sasaran dalam jumlah.
2.      Penyimpannay memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit.
3.      Untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya besar.
4.      Anak tuna netra sulit membandingkannya.[10]
B.     Saran
Penulis menyadari betul bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka kritik dan masukan dari pembaca sangat penulis harapkan demi makalah makalah kedepan yang lebih baik.     
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,Azhar.2003.Media Pembelajaran.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Sudjana,Nana.2010.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo Offset.
Usman, M. Basyiruddin,2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers



[1] Usman, M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, hlm. 32
[2] Nana Sudjana dkk, Op. Cit, hlm. 158
[4] Nana Sudjana dkk, Op. Cit, hlm. 160
[6] Nana Sudjana dkk, Op. Cit, hlm. 166
[9] Arif S.Sadiman,Media Pendidikan,Jakarta:Raja Grafindo Persada,1996,hlmn.47.

[10] Arif S.Sadiman,Media Pendidikan,Jakarta:Raja Grafindo Persada,1996,hlmn.47.


Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar